Selasa, 24 Juni 2014

pengalaman CRM


CRM


PENGERTIAN  CRM
            Merupakan sebuah pendekatan baru dalam mengelola hubungan korporasi dan pelanggan pada level bisnis sehingga dapat memaksimumkan komunikasi, pemasaran melalui pengelolaan berbagai kontak yang berbeda dengan pelanggan. Pendekatan ini memungkinakn untuk mempertahankan pelanggan dan memberikan nilai tambah terus menerus pada pelanggan, selain juga memperoleh keuntungan yang berkelanjutan
PENGALAMAN CRM SAYA 
            Pengalaman saya mendapatkan CRM di salon DINDA , biasanya saya mendapatkan sms dari salon tersebut.Jika ada promo SPA biasanya ada potongan harga sebesar 10% .Potongan tersebut biasanya berlaku di hari Rabu saja.Salon tersebut itu sudah termasuk lengkap karena di dalamnya ada SPA , FACIAL , CREAMBATH , TOTOK WAJAH dll .Biasanya yang sering ke salon tersebut mahasiswa karena harganya sangat terjangkau.
KEUNTUNGAN PERUSAHAAN MENGGUNAKAN CRM
a.Untuk menciptakan hubungan bisnis yang baik antara perusahaan dengan customer melalui penggunaan CRM
b.Menggunakan kepuasan dan loyalitas customer pada perusahaan tersebut
c.Perusahaan jadi lebih mengenal dalam mengenai CRM dan dapat menerapkan perusahaan
d.Menjaga pelanggan yang sudah ada
e.Menarik pelanggan baru
f.Perusahaan dapat merespon keinginan pelanggan lebih cepat

CRM


PENGERTIAN  CRM
            Merupakan sebuah pendekatan baru dalam mengelola hubungan korporasi dan pelanggan pada level bisnis sehingga dapat memaksimumkan komunikasi, pemasaran melalui pengelolaan berbagai kontak yang berbeda dengan pelanggan. Pendekatan ini memungkinakn untuk mempertahankan pelanggan dan memberikan nilai tambah terus menerus pada pelanggan, selain juga memperoleh keuntungan yang berkelanjutan
PENGALAMAN CRM SAYA 
            Pengalaman saya mendapatkan CRM di salon DINDA , biasanya saya mendapatkan sms dari salon tersebut.Jika ada promo SPA biasanya ada potongan harga sebesar 10% .Potongan tersebut biasanya berlaku di hari Rabu saja.Salon tersebut itu sudah termasuk lengkap karena di dalamnya ada SPA , FACIAL , CREAMBATH , TOTOK WAJAH dll .Biasanya yang sering ke salon tersebut mahasiswa karena harganya sangat terjangkau.
KEUNTUNGAN PERUSAHAAN MENGGUNAKAN CRM
a.Untuk menciptakan hubungan bisnis yang baik antara perusahaan dengan customer melalui penggunaan CRM
b.Menggunakan kepuasan dan loyalitas customer pada perusahaan tersebut
c.Perusahaan jadi lebih mengenal dalam mengenai CRM dan dapat menerapkan perusahaan
d.Menjaga pelanggan yang sudah ada
e.Menarik pelanggan baru
f.Perusahaan dapat merespon keinginan pelanggan lebih cepat

Selasa, 10 Juni 2014

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)






Pengertian Manajemen Persediaan
               Persediaan (inventory) adalah bahan-bahan atau barang (sumberdaya-sumber daya organisasi) yang disimpan yang akan dipergunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya : untuk proses produksi atau perakitan, untuk suku cadang dari peralatan, maupun untuk dijual. Walaupun persediaan hanya merupakan suatu sumber dana yang menganggur, akan tetapi dapat dikatakan tidak ada perusahaan yang beroperasi tanpa persediaan.

Jenis-jenis Manajemen Persediaan
Freddy  Rangkuti dalam bukunya “Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis (2002;8&15) menjelaskan jenis-jenis Persediaan terdiri dari 2 karakteristik :
`           A.    Jenis-jenis Persediaan menurut Fungsi antara lain
1.   Batch Stock,
2.   Fluctuation Stock,
3.   Anticipation Stock,
B.     Jenis-jenis Persediaan menurut Jenis dan Posisi Barang antara lain :
1.   Persediaan Bahan Mentah (Raw Material),
2.   PersediaanKomponen-Komponen Rakitan (Purchased Parts/Components)
3.   Persediaan Bahan Pembantu atau Penolong (Supplies),
4.   Persediaan Barang Dalam Proses (Work In Process),
5.   Persediaan Barang Jadi (Finished Goods).
Untuk memperjelas keterangan diatas, berikut pengertian beberapa jenis-jenis persediaan menurut fungsinya dan Persediaan menurut Jenis dan Posisi Barang antara lain sebagai berikut




Jenis-jenis Persediaan menurut Fungsi antara lain :
1. Batch Stock, persediaan yang didakan karena membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan saat itu.
2. Fluctuation Stock, persediaan  yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.
3.Anticipation Stock, persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan atau permintaan yang meningkat.

Jenis-jenis Persediaan menurut Jenis dan Posisi Barang antara lain

1.      Persediaan Bahan Mentah (Raw Material), yaitu persediaan barang-barang berwujud, seperti besi, kayu serta komponen-komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi. Menurut Handoko (2002) Persediaan bahan mentah (raw materialis), yaitu persediaan barang-barang berwujud mentah. Persediaan ini dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari para Supplier atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya
2. Persediaan Komponen-Komponen Rakitan (Purchased Parts/Components), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, di mana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
3.      Persediaan Bahan Pembantu Atau Penolong (Supplies), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.
4.      Persediaan Barang Dalam Proses (Work In Process), yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi.
5.      Persediaan Barang Jadi (Finished Goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan.
Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa setiap jenis persediaan memiliki karakteristik tersendiri dan cara pengelolaan yang berbeda. Persediaan ditujukan untuk mengantisipasi kebutuhan permintaan. Permintaan ini meliputi: persediaan bahan baku, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir bahan-bahan pembantu atau pelengkap, dan komponen-komponen lain yang menjadi bagian keluaran produk perusahaan.

Manfaat Manajemen Persediaan

Dalam menejemen persediaan sudah tentu ada manfaatnya, berikut merupakan manfaat dari manajemen persediaan.

A.     Memanfaatkan Diskon Kuantitas
Diskon kuantitas diperoleh jika perusahaan membeli dalam kuantitas yang besar.Perusahaan membeli melebihi kebutuhan sehingga ada yang disimpan sebagai persediaan.

B.     Menghindari Kekurangan Bahan (Out Of Stock).
Jika pelanggan datang untuk membeli barang dagangan, kemudian perusahaan tidak mempunyai barang tersebut, maka perusahaan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan.Untuk menghindari situasi tersebut, perusahaan harus mempunyai persediaan barang jadi.

C.     Manfaat Pemasaran.
Jika perusahaan mempunyai persediaan  barang dagangan yang lengkap, maka pelanggan/calon pelanggan akan terkesan dengan kelengkapan barang dagangan yang kita tawarkan. Reputasi perusahaan bisa meningkat.Di samping itu jika perusahaan selalu mampu memenuhi keinginan pelanggan pada saat dibutuhkan maka kepuasan pelanggan semakin baik, dan perusahaan semakin untung.

D.    Peningkatan Tingkat Pelayanan
Pelanggan tidak hanya meminta kecepatan pengantaran tetapi juga ketepatan, kepercayaan, dan macam-macam pengapalan. Pengintegrasian dengan penjualan meningkatkan pengetahuan pelanggan akan preferensi pengepakan dan pengiriman, dan memungkinkan otomatisasi untuk memenuhi instruksi; indetifikasi dari daerah distribusi untuk dibagi antara beberapa pelanggan atau grup dan mudah untuk menyortir dari staging area dan pergerakan stok. Hal ini menjamin bahwa produk yang benar berada ditempat yang benar pada waktu yang tepat. Tingkat pelayanan tertinggi dapat menyediakan pelanggan sehubungan dengan respons yang cepat terhadap permintaan atau perubahan persyaratan dimana hal ini akan meningkatkan kepuasan pelanggan.

E.     Pengontrolan Persediaan yang Lebih Baik
Fleksibilitas dari distribusi dan penyimpanan barang-barang secara menyeluruh memungkinkan perusahaan untuk memantau dan mengontrol persediaan sesuai dengan bisnis mereka. Akses yang instan terhadap data-data yang kritis meliputi ketersediaan peresediaan, jumlah yang ada, jumlah yang harus diorder lagi dan biaya yang dapat diketahui pada saat itu juga terhadap persediaan untuk direspons secara cepat dalam rangka pengambilan keputusan, sistem dengan kemampuan mengelolah beberapa lokasi yang berbeda-beda memungkinkan manajemen dari gudang-gudang yang berbeda-beda dan penelusuran persediaan melalui lot, secara seri atau menggunakan level.

   Fungsi- Fungsi Persediaan

Fungsi persediaan yaitu untuk menghindari keterlambatan barang, hilangnya barang dan dengan adanya persediaan, maka operasional perusahaan dapat terus berjalan sehingga pelayanan terhadap konsumen dapat terus berjalan sehingga pelayanan terhadap konsumen dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Menurut Freddy Rangkuti dalam buku “Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis”, fungsi utama persediaan yaitu :
1.      Fungsi Decoupling.
2.      Fungsi Economic Lot Sizing.
3.      Fungsi Antisipasi.
Dari istilah diatas dapat di uraikan sebagai berikut :
1.      Fungsi Decoupling adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam proses diadakan agar departemen-departemen dan proses-proses individual perusahaan terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para langganan.Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan disebut Fluctuations Stock.
2.      Fungsi Economic Lot Sizing. Persediaan Lot Size ini perlu mempertimbangkan penghematan-penghematan atau potongan pembelian., biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, resiko, dan sebagainya).
3.      Fungsi Antisipasi. Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman.Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (Seasional Inventories).
Selain fungsi-fungsi diatas, menurut Herjanto (1997:168) terdapat enam fungsi penting yang dikandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan antara lain:
  1. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang dibutuhkan perusahaan
  2. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan
  3. Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.
  4. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan tidak akan sulit bila bahan tersebut tidak tersedia dipasaran.
  5. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas (Quantity Discount).
  6. Memberikan pelayanan kepada langganan dengan tersediaanya barang yang diperlukan
 Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Persediaan
Secara umum besar-kecilnya inventory tergantung pada beberapan faktor :
·         Lead time, yaitu lamanya masa tunggu material yang dipesan datang.
·         Frekuensi penggunaan bahan selama 1 periode, frekuensi pembelian yang tinggi menyebabkan jumlah inventory menjadi lebih kecil untuk 1 periode pembelian
·         Jumlah dana yang tersedia
·         Daya tahan material

Secara khusus faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan adalah:
·         Bahan baku, dipengaruhi oleh : perkiraan produksi, sifat musiman produksi, dapat diandalkan pemasok, dan tingkat efisiensi penjadualan pembelian dan kegiatan produksi.
·         Barang dalam proses, dipengaruhi oleh: lamanya produksi yaitu waktu yang dibutuhkan sejak saat bahan baku masuk ke proses produksi sampai dengan saat penyelesaian barang jadi.
·         Barang jadi, persediaan ini sebenarnya merupakan masalah koordinasi produksi dan penjualan.

Metode Manajemen Persediaan

1.      Metode EOQ ( Economic Order Quantity )
EOQ atau kuantitas pesanan ekonomis adalah suatu metode untuk menentukan beberapa jumlah pesanan yang paling ekonomis untuk satu kali pesan
2.      Recorder Point
Recorder atau titik pemesanan kembali adalah saat persediaan mencapai titik dimana perlu dilakukan pemesanan kemali yang dinyatakan dalam persamaan berikut

Titik persamaan kembali = tenggang waktu x pemakaian
3.      Safety Stock
Safety stock atau persediaan pengamanan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan
4.      Sistem ABC
System ABC adalah teknik manajemen persediaan dengan membagai persediaan kedalam tiga golongansesuai dengan tingkat penurunan kepentingan yang didasarkan pada nilai rupiah pada investasi masing – masing golongang persediaan

manajemen

apa itu manajemen????

Rabu, 16 April 2014

Materi inventory manajemen

Manajemen Sistem Persediaan (Inventori)

        Sistem persediaan/ inventori memberikan struktur organisasi dan kebijakan operasi untuk menjaga dan mengendalikan barang-barang yang disimpan. Sistem bertanggung jawab atas pemesanan dan penenrimaan barang: timing pemesanan dan pencatatan apa yang telah dipesan, berapa banyak, dan dari siapa.

Klasifikasi Sistem Persediaan
Ada dua jenis utama tipe sistem inventori, yakni

A. Sistem Persediaan/ Inventori untuk Permintaan Independen
  • Fixed Order Quantity Model atau FOQ atau Q Model  (Model Jumlah Pemesanan Tetap)
Yang termasuk dalam kategori ini
i.    EOQ.
ii.    Fixed Order Quantity Model (Q Model) dengan penggunaan selama waktu produksi
iii.    Fixed Order Quantity Model (Q Model) dengan target tingkat layanan tertentu
  • Fixed Time Periode Model atau P Model ( Model Periode Waktu Tetap). Yang termasuk dalam kategori ini adalah Sistem interval pemesanan tetap.
  • Special Purpose Model
Model yang mengakomodasi tujuan-tujuan khusus dalam mengelola inventori. Yang termasuk kelompok ini antara lain:
1)    Price-Break Model
2)    Single-periode Model
  • Miscellaneous System
1)    Sistim Inventori Sederhana
a.    Sistim penambahan opsional
b.    Two-bin System
c.    One-bin system
d.    dll
2)    Klasifikasi dan Prioritasisasi Inventori ABC
3)    Penghitungan Perputaran dan Akurasi Inventori
B. Sistim Inventori untuk Permintaan Dependen
    Berikut ini beberapa teknik pengelolaan persediaan untuk permintaan yang dependen:
a)    Materials Required Planning (MRP)
b)    Manufacture Resource Planning (The big MRP) / Enterprise Resource Planning (ERP)



Sistem Inventori untuk Permintaan Independen

    
    Untuk mengelola persediaan yang menyangkut item-item dimana sifat permintaannya independen, ada empat model yang dapat digunakan:

1. Fixed Order Quantity Model atau FOQ atau Q Model  (Model Pemesanan dengan Jumlah Tetap)

    
    Fixed-Order Quantity Model atau Q model adalah model untuk menentukan titik spesifik, R, saat dimana pemesanan dilakukan dan jumlah yang harus dipesan, Q. Titik pemesanan, R, biasanya dinyatakan dalam jumlah unit inventori pada level R. Penghitungan Q digunakan rumus EOQ ( Economic Order Quantity) atau juga disebut sebagai Optimal Order Quantity. Penggambaran model Fixed Order Quantity dapat dilihat pada gambar.  Berbagai model yang masuk kategori Q model antara lain:
  • EOQ
Yang perlu diperhatikan dari model tersebut adalah bahwa asumsi-asumsi yang digunakan tidak realistik. Akan tetapi, model tersebut dapat digunakan sebagai pijakan awal untuk memahami manajemen inventori.

Catatan:
Tentang bahasan EOQ selengkapnya silakan baca di topik Persediaan/ Inventori pada sub-topik yang membahas EOQ

  • Fixed Order Quantity Model (Q Model) dengan Adanya Penggunaan Selama Waktu Produksi / Economic Production Quantity (EPQ).
Model sebelumnya mengasumsikan bahwa jumlah yang dipesan akan diterima dalam sekali antar, pada hal dalam kenyataan tidak selalu demikian. Pada banyak situasi, produksi dari item persediaan dan penggunaan item tersebut berjalan secara simultan. Hal ini benar bila satu bagian dari sistim produksi bertindak sebagai supplier bagi bagian yang lain. Pada kasus yang demikian, bila d adalah tingkat permintaan (demand rate) yang konstan untuk item yang diproduksi dan p adalah tingkat produksi (production rate), maka TC dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

Dengan menggunakan konsep diferensiasi, diperoleh rumusan matematik menghitung Q optimal yang disebut Economic Production Quantity (EPQ):

Sedangkan Total Biaya Annual atau disingkat TAC atau TC dihitung dengan rumus:
Secara grafis dapat digambarkan sebagai berikut:


Contoh  Lot size yang Optimal model FOQ; Penggunaan selama Produksi / Economic Production Quantity
Produk X adalah komponen standard persediaan suatu perusahaan. Assembel akhir dari produk jadi dilakukan setiap hari. Salah satu komponen  produk X (disebut komponen Y) diproduksi di departemen lain. Departemen tersebut memproduksi komponen Y pada tingkat produksi 100 unit per hari. Sementara tingkat permintaan/penggunaan komponen tersebut 40 unit per hari. Dengan menggunakan data tambahan di bawah ini, tentukan lot size untuk produksi komponen Y.
Tingkat permintaan/penggunaan harian (d) = 40 unit
Permintaan tahunan (D) = 40 unit x 250 hari kerja
Produksi harian (p) = 100 unit
Biaya set up produksi (S) = Rp.50
Biaya simpan tahunan (H) = 0,50 per unit
Biaya/ harga komponen Y (C) = Rp.7,00 per unit
Lead time (L) = 7 hari

Pembahasan:

Dengan demikian bahwa pemesanan komponen Y sebanyak 1.826 unit akan dilakukan bila tingkat persediaan di gudang tinggal 280 unit.

  • Fixed Order Quantity Model (Q Model) dengan Tingkat Layanan Tertentu
Sistem dari Q model secara perpetual memonitor tingkat inventori dan melakukan pemesanan baru ketika persediaan mencapai level R. Masalah kehabisan bahan dari model demikian hanya mungkin muncul selama periode lead time, yakni antara waktu dilakukan pemesanan hingga waktu barang diterima. Gambar berikut  menjelaskan adanya kemungkinan kehabisan bahan (stockout):



Reorder point dihitung dengan cara:

dimana
z = jumlah standard deviasi untuk tingkat layanan (service level) tertentu
 =standard deviasi penggunaan selama lead time

Untuk dapat menghitung nilai R di atas diperlukan data nilai z dan standard deviasi. Oleh karena itu pula perlu dihitung terlebih dahulu nilai z dan standard deviasi tersebut dengan cara:
Menghitung rata-rata penggunaan per hari

dimana  n= jumlah hari lead time

Selanjutnya dihitung Standard deviasi permintaan harian:

Oleh karena standard deviasi di atas merupakan standard deviasi untuk satu hari, maka bila lead timenya lebih dari satu hari maka standard deviasi selama lead time sama dengan akar dari jumlah variance selama lead time, yaitu:

Kemudian, dihitung nilai z dengan menentukan nilai E(z) yakni jumlah unit yang memenuhi tingkat layanan yang diinginkan.

Dengan telah diperoleh nilai z (dilihat pada tabel) dan standard deviasi maka nilai R dapat ditentukan.

Contoh: Jumlah Order Ekonomis model FOQ dengan service level
Bila diketahui bahwa
Tentukan saat dilakukan pemesanan ulang! (sebagai catatan hari kerja se tahun 250 hari)


Pembahasan:
Pemesanan ulang/ reorder point

Oleh karena nilai z belum diketahui maka perlu dicari terlebih dulu dengan rumus:

Selanjutnya nilai z pada E(z) = 0,4 dapat diperoleh denga melihat tabel jumlah out of stock versus Standard Deviasi yang dinormalisaskan pada 1 SD. Diperoleh nilai z = 0, sehingga solusi pemesanan kembali (R) adalah:
 Kesimpulannya: ketika persediaan di gudang tinggal 60 unit perusahaan harus memesan kembali sebanyak 200 unit

Contoh 2
Permintaan harian untuk suatu produk tertentu terdistribusi normal dengan rata-rata 60, dan standar deviasi 7. Supplier dapat dipercaya untuk menjaga lead time 6 hari. Biaya order Rp.10,- dan biaya simpan Rp.0,5 pewr unit per tahun. Tidak ada biaya kehabisan bahan, karena pesanan yang belum terpenuhi dapat segera didatangkan. Diasumsikan penjualan terjadi dalam satu tahun. Tentukan jumlah yang dipesan dan kapan dilakukan pemesanan kembali untuk memenuhi 95% pelanggan yang diambilkan dari persediaan.

Informasi:


Pembahasan :
Pertama menghitung jumlah pemesanan optimal atau Economic Order Quantity

Untuk menentukan saat pemesanan kembali, perlu lebih dulu menghitung jumlah produk yang digunakan selama lead time dan menambahkannya sebagai safety stock.
 
Oleh karena nilai z dan  standar deviasi belum diketahui maka perlu dihitung terlebih dulu besaran z dan standar deviasi selama lead time .
hasil perhitunganmenunjukkan bahwa standar deviasa selama lead time sebesar 17,2
Sedang nilai z dicari dengan

Dengan menggunakan tabel, dapat diperoleh nilai z pada E(z) = 2,721 sebesar –2,72
Setelah diketahui nilai dari z dan  maka R dapat ditentukan:

Sehingga kebijakannya akan berbunyi, jumlah pemesanan sebesar 936 unit akan dilakukan pada saat persediaan tersisa sebanyak 313 unit.

2. Fixed-Time Periode Model atau FTP atau P Model

    
    Pada sistem periode tetap, inventori dihitung hanya pada waktu-waktu tertentu, misalnya setiap minggu atau setiap bulan. Dengan demikian pada sistim ini, jumlah yang dipesan untuk setiap kali pemesanan tergantung pada tingkat penggunaan selama periode monitoring. Perbedaan pokok sistim Fixed-Time Periode (P model) dengan Fixed-Order Quantity (Q Model) adalah sebagai berikut:


Aspek
Q Model/ FOQ
P Model/ FTP
1
Jumlah yang dipesan
Konstan, jumlah yang dipesan setiap waktu sama
Variabel, jumlah yang dipesan untuk setiap kali pesan senantiasi bervariasi
2
Waktu pemesanan
Pemesanan/pemesanan kembali dilakukan pada saat inventori berada pada tingkat reorder (R)
Pemesanan/pemesanan kembali dilakukan pada saat dilakukan review yang dilakukan secara berkala dengan tenggang waktu yang tetap.
3
Pencatatan
Pencatatan dilakukan setiap kali ada penambahan atau pengurangan inventori
Dihitung hanya pada saat periode review tiba.
4
Ukuran Inventori
Lebih sedikit dibanding P model
Lebih banyak dibanding Q model
5
Waktu pemeliharaan
Lebih tinggi karena pencatatan dilakukan secara perpetual

6
Jenis item
Harganya lebih mahal, kritikal, dan penting.


Gambar berikut menunjukkan secara grafis model fixed time period:



Beberapa model yang masuk kategori Fixed-Time Periode (P Model) antara lain:
  • Fixed Time Periode FTP atau P Model dengan Tingkat Layanan Tertentu
Pada sistim fixed time period, pemesanan kembali dilakukan pada saat review (T) dan lead time (L) yang konstan, serta safety stock  sebanyak:

Selanjutnya jumlah yang dipesan, q adalah
= rata-rata permintaan selama T dan L + safety stock + Inventori di tangan + dlm perjalanan

Rumusan matematiknya:

dimana
T = tenggang/jarak  waktu antar review
 Rho = standard deviasi permintaan selama lead time dan periode review
I = tingkat persediaan termasuk pesanan yang direncanakan diterima
Nilai z diperoleh dengan terlebih dulu menghitung E (z), yakni:

dimana standard deviasi selama lead time dan periode review sebesar:

Contoh Jumlah Pemesanan: Model FTP dengan Service Level
Diketahui permintaan harian untuk suatu produk adalah 10 unit dengan standard deviasi 3 unit. Periode Review 30 hari dan lead time 14 hari. Manajemen telah membuat kebijakan untuk memenuhi 98% permintaan dalam bentuk persediaan. Pada review awal periode, terdapat persediaan 150 unit. Berapa banyak yang harus dipesan?

Pembahasan
Jumlah pemesanan dihitung dengan rumus:
Oleh karena nilai z dan  standar deviasi belum diketahui, maka perlu dihitung terlebih dulu:

Selanjutnya untuk menentukan nilai z, perlu menghitung E(z):

dari tabel dan hasil interpolasi diperoleh nilai z= 0,21, sehingga jumlah yang harus dipesan adalah:

Dengan demikian untuk memenuhi 98% permintaan, maka pada saat review dilakukan pemesanan sebanyak 294 unit.

  • Special Purpose Model (Model Tujuan Khusus)
Ada dua macam model yang termasuk dalam kategori model tujuan khusus, yakni:
i) Price-Break Model
Model ini digunakan untuk menganalisis pengaruh jumlah pemesanan bila terdapat perubahan harga (diskon) sehubungan dengan banyaknya pemesanan.. bagaimanapun, dalam kenyataan sering dijumpai adanya pemotongan atau pengurangan harga bila jumlah pemesanan semakin besar. Misalnya bila jumlah yang dipesan lebih kecil dari 500 unit,maka harga akan sebesar harga normal. Bila membeli 500 unit hingga 1000 unit akan diberi potongan harga 10%, dan bila membeli di atas 1000 unit akan mendapat potongan 15%.
Contoh Price Break
Diketahui
D = 10.000 unit (permintaan tahunan)
S = Rp.20,- per pesan
i = 20% dari harga per tahun
C = per unit tergantung besarnya pemesanan; pesan di bawah 499 unit harga per unit = Rp.5,00; pesan antara 500 sampai 999 unit, harga per unitnya Rp.4,50, sedang bila pesan di atas 1.000, harga per unitnya 3,90.
Berapa jumlah yang harus dipesan?

Pembahasan:
Rumus yang cocok untuk dipakai mencari solusi dari kasus di atas adalah:

Masing-masing kategori harga dicari EOQ-nya. Dari perhitungan tersebut dapat ditentukan jumlah pemesanan yang feasible dan yang tidak. Dari yang feasible, selanjutnmya dipilih yang TIC-nya terkecil. (Kunci Jawaban Untuk C= Rp.5,- maka EOQ = 633 , tidak feasible, untuk P=Rp.4,5 maka EOQ-nya = 666, feasible dengan TIC Rp.45.599,7, untuk P=Rp.3,9, maka EOQ-nya = 716, tidak feasible, sedang untuk P=Rp.3,9   Q=1.000, feasible dengan TIC=Rp39.590 dan ini menrupakan solusi optimal)
ii) Single-periode Model
Model ini sering disebut sebagai model statis. Pemesanan dan persediaan dinalisis berdasarkan trade off dengan menggunakan analisis marginal. Marginal analisis di sini hanya akan cocok bila ada informasi mengenai probabilitas kejadian. Dalam situasi ini, perlu dilihat mengenai laba yang diharap (expected profit) dan kerugian yang diharap (expected loss). Dengan demikian bila laba yang diharap lebih besar atau sama dengan kerugian yang diharap, maka situasi yang demikian adalah menguntungkan. Jadi persamaannya adalah sebagai berikut:

P= probabilitas unit persediaan terjual
MP= marginal profit
ML = marginal loss
1-P = probabilitas unit persediaan tidak terjual

Selanjutnya nilai bersih dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Contoh Salvage Value
Misalkan sebuah produk dijual pada harga Rp.100,00 per unit. Biaya produk tetap sebesar Rp.70,- per unit. Setiap unit yang tidak terjual memiliki nilai sisa (salvage value) Rp.20,-. Permintaan diharapkan berada pada range 35 sampai 40 unit setiap periode. Bila jumlah barang yang ada sebanyak 35 unit dipastikan dapat terjual, namun bila persediaan barang  di atas 40 unit maka pasti ada yang tidak laku. Kemungkinan barang laku dan tidak laku adalah sebagai berikut:
Jumlah unit yang diminta
Probabilitas permintaan
Akumulasi jml produk
Probabilitas terjual
35
0,10
1 sampai 35
1,00
36
0,15
36
0,90
37
0,25
37
0,75
38
0,25
38
0,50
39
0,15
39
0,25
40
0,10
40
0,10
41
0
41 lebih
0

Tentukan berapa unit yang harus dipesan?

Pembahasan:
Keuntungan margin jika setiap unit terjual adalah harga dikurangi biaya atau
MP= P-C =100 – 70 = 30

Kerugian margin terjadi jika unit barang tidak laku terjual. Besarnya adalah biaya dikurangi nilai sisa atau
ML = C – SV = 70 – 20 = 50

Probabilitas optimal dari unit terakhir yang terjual adalah:


Berdasarkan tabel probabilitas akumulatif pada kasus di atas, maka kemungkinan terjual dari unit barang harus sama atau lebih besar dari 0,625, dan angka yang paling mendekati itu adalah 37 unit dengan probabilitas terjual sebesar 0,75. Selanjutnya net benefit dari memiliki persediaan sebanyak 37 unit adalah profit margin yang diharap dikurangi kerugian margin yang diharap:
 
iii) Miscellaneous System (Sistim Rupa-Rupa)
Ada setidaknya tiga sistim  antara lain:
1. Sistim persediaan Sederhana
Sistim Persediaan Sederhana meliputi tiga sistim:
  • Sistim Pemesanan Opsional
Suatu sistim pengendalian inventori dimana inventori direview dengan frekuensi yang tetap seperti mingguan atau bulanan, dan pemesanan penambahan dilakukan jika tingkat inventori telah berada pada jumlah tertentu.
  • Two-Bin System
Persediaan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah persediaan yang akan digunakan, sedang kelompok kedua berfungsi sebagai penyangga untuk menjamin ketersediaan bahan.
  • One-Bin System
Suatu sistim dimana penambahan dilakukan secara periodik tanpa mempermasalahkan barapa banyak yang dibutuhkan

2. ABC Classification System
Menurut sistim ini, pengendalian inventori dilakukan berdasarkan kategorinya. Pengkategorian inventori didasarkan pada nilai item. Untuk kelompok A terdiri dari item-item yang memiliki nilai tinggi, kelompok B untuk item-item yang memiliki nilai moderat, dan kategori C untuk item-item yang nilainya rendah dan kuantitasnya besar.. Tujuan dari pengelompokan ini adalah untuk memisahkan tingkat pengendalian item-item persediaan. Semakin tinggi nilainya semakin diperlukan pengendalian yang ketat.
Catatan.
tentang sistem klasifikasi ABC selengkapnya dapat dibaca di topik Persediaan/ Inventori pada sub-topik Analisis Persediaan Metode ABC

3. Penghitungan ulang Inventori dan Akurasi
Pencatatan inventori biasanya berbeda dengan pehitungan fisik aktual. Akurasi inventori menunjuk pada sejauh mana keseuaian antara jumlah yang dicatat dan jumlah fisik aktualnya. Untuk menjamin akurasi inventori, penghitungan inventori dilakukan sesering mungkin dan mencocokkannya dengan catatan. Metode yang digunakan disebut Cycle Counting. Cycle Counting adalah teknik penghitungan inventori secara fisik dengan frekuensi yang lebih sering. Tidak hanya satu atau dua kali setahun.

Sistem Persediaan Untuk Permintaan Dependen
    Untuk dapat melakukan pengendalian terhadap inventori dalam konteks permintaan yang dependen, ada beberapa sistem yang dapat digunakan, yakni: 1). Material Requirement Planning (MRP) System. 2). Manufacturing Resource Planning/ Enteprise Resource Planning (MRPII/ big MRP/ ERP). (Hendra Poerwanto G)
Catatan:
mengingat Material Reguirement Planning dan Manufacturing Resource Planning merupakan dua topik yang memerlukan bahasan cukup panjang, maka dibahas pada topik tersendiri pada web ini.

sumber;https://sites.google.com/site/operasiproduksi/manajemen-sistem-persediaan